#page-loader{position:fixed!important;position:absolute;top:0;right:0;bottom:0;left:0;z-index:999999;background:#fff url('https://lh4.googleusercontent.com/-lvlkiOAd4UA/U6qOQ4uFtUI/AAAAAAAAD58/wqTdiNc3M0g/s128-no/loading.GIF') no-repeat 50% 50%;padding:1em 1.2em;display:none}

Jumat, 29 Januari 2016

Diary Melati Untuk Jasmine



Diary Melati Untuk Jasmine
Rara Astuti

  Punya mimpi untuk kaya raya? Kehidupan yang serba mewah? Semuanya terasa hampa tanpa kasih sayang orang tua,iya nggak?” Kataku dalam hati. Kujalani hari-hariku yang kelam dengan seorang diri tanpa perhatian dan kasih sayang dari orang tuaku sendiri, hingga suatu saat Tuhan mempertemukanku dengan seseorang yang sangat berharga dalam hidupku. Yaap… inilah sepenggal kisah hidupku. Mudah-mudahan sih kalian nggak bernasib sama kayak gue,kalau disuruh milih sih? Aku lebih memilih kehidupan yang sederhana aja, namun punya banyak waktu luang untuk sekedar kumpul dengan orang tua, itu aja sih yang kubutuhkan sekarang ini.
  Aku terlahir di dalam keluarga yang bisa dibilang kaya,namun aku tidak pernah merasakan kebersamaan dan kehangatan layaknya sebuah keluarga. Ayahku bekerja di luar kota dan pulang sebulan sekali. Ibu pun telah meninggal tiga bulan yang lalu akibat kecelakaan. Di rumah yang megah ini aku hanya tinggal seorang diri berhubung karena aku anak bungsu dan bibi yang pulang kampung karena keluarganya yang sedang sakit.
  Kriiing….kriiing……suara jam beker (menunjukkan pukul 06.30) pagi itu pun mengagetkanku dan segera beranjak dari tempat tidur(menuju ke kamar mandi).                         
“kenapa sih jam ini selalu membuatku terlambat bangun? mana tugas Matematika yang kemarin belum di kerjain lagi” ucapnya dengan nada kesal.
Alhasil akupun terlambat sampai di sekolah
“Jasmine….” Panggil salah seorang guru waktu itu
“Ada apa kamu terlambat lagi Jasmine?”
     “Ini bu,macet”
     “Ah, bohong kamu”
     “Pasti kamu terlambat bangun lagi kan?”
“Iya bu, maafin Jasmine bu”
“Sebagai hukumannya kamu tidak boleh masuk jam pelajaran pertama”
“Tapi, bu”dengan nada sok mengelak.
“Padahal memang aku berharap tidak ikut jam pelajaran pertama karena nggak mau belajar matematika”.kataku dalam hati.
   Dan jam pelajaran pertama usai. Aku kemudian bergegas menuju kelas,eh,baru tiba didepan pintu kelas aja, teman-temanku pada teriakin huh….huh…..lempar lempar kertas kewajahku sampai-sampai ada yang bakar mobil segala, bercanda kok. Pelajaran kedua pun sangat membosankan, yaitu fisika.“Ngantuk gue, bolos aja ah”. Tiba-tiba muncul inisiatif dari dalam diri gue. Tanpa pikir panjang aku langsung loncat aja,loncatan sukses. Namun, Tuhan berkehendak lain, setelah berjalan dua langkah saja,pak kepala sekolah(bernama pak Agus) menemukanku sedang bolos jam pelajaran fisika. “Oooww, mampus lagi gue nih”.Pak kepala sekolah pun menyuruhku menghadap ke ruanganya,disana pun aku di ceramai oleh pak Agus.
  “Baru hari kedua sekolah aja, kelakuan kamu udah kayak gini, gimana nantinya?"
   Aku pura-pura dengar aja dan sok tertunduk malu. “Bodoh amat gue dengar ceramah kayak gitu?botak lama-lama nanti”. Hahaha!:D. Pak Agus pun memberikanku hukuman mengerjakan  sepuluh nomor soal fisika,  yang harus di kumpul besok pagi.Tapi pak Agus juga memberikan satu soal special yang bisa dikumpul kapan aja, tapi….soal special ini, rahasia lho? Kasih tau nggak yah?  Aku segera meninggalkan ruangan pak Agus dan menyerahkan tugas itu kepada temanku(namanya Doremi). ”Pak Agus juga nggak bakalan tahu kalau itu bukan pekerjaan aku”. Soal  itu hanya kusimpan di dalam tas, bisa jadi juga pak Agus lupa.
   Dalam perjalanan pulang sekolah, praak….sebuah mobil yang sedang melaju sangat kencang menabrak mobilku dari belakang. Pelaku tabrakan itu segera membawaku ke Rumah sakit.Tapi beruntung lukanya nggak parah,  saat aku sudah sadar, aku terkejut dengan adanya seorang perempuan yang berdiri disampingku dan umurnya sama kayak gue.
“Lho, dari tadi nungguin aku di sini?”
 “Iya, perkenalkan nama saya Melati” sambil berjabat tangan
 “Oh, iya namaku Jasmine”
  “Kamu tadi itu kecelakaan, untung aja yang nabrak kamu bertanggung jawabdan bawa kamu ke sini”
“Tapi, kok,kamu juga ada di sini?”
      “Ya, iyalah, sesama manusia kan harus saling tolong menolong, lagian kita kan satu sekolah,tapi aku ke sini periksa kesehatan dua minggu sekali,dan kebetulan aku lihat seragam sekolah SMA kita, jadi aku ke sini deh”
“Peduli amat yah kamu sama aku, orang tuaku aja nggak pernah beri aku perhatian dan kasih sayang”. Bahkan saat kondisi aku saat ini pun ayahku nggak ada. Ayahku hanya sibuk dengan pekerjaannya.Tapi, aku juga bersyukur dari peistiwa ini karena ku mendapatkan teman baru yang peduli denganku. Sebagai ucapan terima kasih, aku mengajak Melati untuk makan malam di salah satu restoran ternama di Bandung.  
    Sehabis peristiwa tersebut kami makin akrab satu sama lain. Aku menjadi tertarik ingin mengenal sahabat baruku ini lebih jauh. Hingga pada suatu hari aku mengunjungi rumahnya dan aku sangat iri dengan keluarga ini. Dengan kehidupannya yang sangat jauh dari kemewahan, tapi mereka tetap terlihat sangat kompak dalam berbagai hal. Bayangkan saja dengan keluargaku yang kaya, tapi makan bersama aja bisa di hitung, itu pun karena hari raya dan hari hari besar lainya, Keluarga ini pun sangat agamis.
    Aku sangat merasakan kehangatan dari keluarga ini dan membuatku makin nyaman.”Kapan yah, aku punya keluarga yang kayak gini?”Kataku dalam hati.Setiap hari kami selalu bertemu sekedar ngobrol-ngobrol atau bercanda dll.  Aku juga tidak jarang untuk nginap di rumah Melati, maklumlahdi rumahku kan sepi, nggak ada orang. Ketika suatu malam aku nginap di rumah Melati aku tidak sengaja menemukan buku diarynya.
    “Hari ini aku sangat bahagia karena sudah membantu orang lain, yaap...pulang sekolah tadi, aku bertemu dengan seorang nenek yang sangat tua sedang kelaparan dan aku pun membelikannya sebungkus nasi dari sisa uang jajanku di sekolah”.
   Aku sangat iba melihat kepedulian melati kepada nenek itu. Aku aja, di kasih kartu kredit sama ayah, uangnya aku pake hura hura aja,belanja ini, belanja itu,aku nggak pernah kepikiran nabung, bantu orang-orang di sekitarku yang kekurangan. Aku hanya berpikir Ah, orang tuaku kaya, tinggal minta ini di kasih,aku hanya buang-buang uang ayahku untuk pergi ke mall, restoran mahal,liburan ke luar kota bareng teman teman.
   Setiap hari aku selalu membaca buku diarynya melati.
  “Hari ini aku sangat sedih karena tadi di sekolah guruku menagih uang SPP bulan ini dan pasti orang tuaku tidak mempunyai uang untuk membayarnya secepat mungkin Karena orang tuaku juga harus membiayai adik-adikku yang masih SMP”
   Aku langsung ingat dengan sekolahku selama ini, aku hanya datang, itu pun terlambat, kadang juga bolos, sehingga tidak heran nilaiku sangat rendah. Aku nggak pernah menyelesaikan tugas tepat waktu. Dan orang tuaku sudah bersusah payah menyekolahkanku. Dan aku hanya menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Tiba tiba aku langsung mengingat masih banyak orang diluar sana yang ingin sekolah, tapi nggak ada biaya. Hatiku mulai terusik setelah membaca buku diary melati. Aku merasa sangat menyesal selama ini. Perlahan aku mulai berubah, aku mulai bangun lebih awal, menunaikan sholat lima waktu, mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, Tidak bolos lagi, Belajar hemat dan menabung.
  Aku mendapatkan pelajaran hidup yang sangat berharga dari Melati dari lika-liku hidupnya yang sangat penuh dengan permasalahan-permasalahan yang membuatnya makin dewasa, dan berbagi kepada orang yang dicintainya.
     Tapi, pada suatu ruang dan waktu dimana beberapa hari terakhir ini Melati tidak masuk sekolah, tanpa kabar, di rumahnya juga nggak ada, dalam benakku berujar “Di mana dia sekarang?” Aku mulai gelisah dan belakangan aku mengetahui bahwa sekarang dia berada di rumah sakit, Melati sedang berjuang melawan penyakitnya yaitu leukemia yang dideritanya mulai 15 bulan terakhir ini. Melati menyembunyikan penyakitnya ini karena dia tidak ingin melihat orang orang disekitarnya menjadi sedih, memikirkan kondisinya dan juga mengingat kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Namun Melati juga tidak ingin meminta bantuan Jasmine meskipun mereka sahabat.
     Dan setelah satu minggu dirawat di rumah sakit, Melati pun tak kuasa lagi melawan penyakitnya, tepat pada adzan dhuhur dia menghembuskan nafas terakhirnya. Akupun tak kuasa melihat sahabatku sedang terbaring terbujur kaku dan aku tidak bisa berbuat apa-apa selain berdo’a kepada sang Maha Kuasa semoga diterimah disisimu dan mendapatkan tempat yang paling mulia.
  Sekali lagi, selamat jalan sahabat… Kau adalah sahabatku yang paling sempurna, kuucapkan terimah kasih kepadamu karena kau telah hadir dalam hidupku dan menyadarkanku banyak hal yang tidak kuketahui sebelumnya
   Kepergianmu seakan menjadi kado ulang tahunku yang paling pahit, mengingat  tiga hari lagi aku merayakan ulang tahunku yang ke tujuh belas. Tapi, tampaknya di hari spesialku nanti aku merayakannya seorang diri, mengingat ayahku yang berada diluar kota, tapi Tuhan masih sayang sama aku, ketika aku hendak meniup lilin, tiba-tiba seseorang datang memberikanku ucapan selamat ulang tahun yang tidak lain adalah ayahku sendiri. 
   Ternyata, selama ini aku salah sangka, sesibuk-sibuknya ayahku dia masih ingat ulang tahunku.Terima kasih ayah, kau sudah melengkapi kebahagiaanku ini. Dan seketika itu aku mengingat pertanyaan yang diberikan pak Agus kepadaku beberapa bulan yang lalu, ternyata pertanyaannya adalah “Apa yang membuatmu paling bahagia di dunia ini?” Dan sekarang aku telah menemukan jawabannya, bahagia itu sederhana kok, Cuma kumpul dengan orang orang yang kita senangi dan melihat dia tersenyum. Keluarga memang menjadi satu-satunya tempat yang paling nyaman untuk bersandar, dalam keadaan apapun, bahkan jika seisi dunia pun sedang berusaha meninggalkanmu, keluarga akan selalu ada untukmu.
    Senyum terpancar dari wajahku dan ucapan ALHAMDULILLAH karena Allah masih mengizinkanku bersama orang-orang yang aku sayangi.
                                                ***************