Diary Melati Untuk Jasmine
“Punya mimpi untuk kaya
raya? Kehidupan yang serba mewah? Semuanya terasa hampa tanpa kasih sayang
orang tua,iya nggak?” Kataku dalam hati. Kujalani hari-hariku yang kelam dengan
seorang diri tanpa perhatian dan kasih sayang dari orang tuaku sendiri, hingga
suatu saat Tuhan mempertemukanku dengan seseorang yang sangat berharga dalam
hidupku. Yaap… inilah sepenggal kisah hidupku. Mudah-mudahan sih kalian nggak
bernasib sama kayak gue,kalau disuruh
milih sih? Aku lebih memilih kehidupan yang sederhana aja, namun punya banyak
waktu luang untuk sekedar kumpul dengan orang tua, itu aja sih yang kubutuhkan
sekarang ini.
Aku terlahir di dalam keluarga yang bisa dibilang
kaya,namun aku tidak pernah merasakan kebersamaan dan kehangatan layaknya
sebuah keluarga. Ayahku bekerja di luar kota dan pulang sebulan sekali. Ibu pun
telah meninggal tiga bulan yang lalu akibat kecelakaan. Di rumah yang megah ini
aku hanya tinggal seorang diri berhubung karena aku anak bungsu dan bibi yang
pulang kampung karena keluarganya yang sedang sakit.
Kriiing….kriiing……suara jam beker
(menunjukkan pukul 06.30) pagi itu pun mengagetkanku dan segera beranjak dari
tempat tidur(menuju ke kamar mandi).
“kenapa sih jam ini selalu membuatku terlambat bangun? mana tugas
Matematika yang kemarin belum di kerjain lagi” ucapnya dengan nada kesal.
Alhasil akupun terlambat
sampai di sekolah
“Jasmine….” Panggil salah
seorang guru waktu itu
“Ada apa kamu terlambat
lagi Jasmine?”
“Ini bu,macet”
“Ah, bohong kamu”
“Pasti kamu terlambat bangun lagi kan?”
“Iya bu, maafin Jasmine
bu”
“Sebagai hukumannya kamu
tidak boleh masuk jam pelajaran pertama”
“Tapi, bu”dengan nada sok
mengelak.
“Padahal memang aku
berharap tidak ikut jam pelajaran pertama karena nggak mau belajar matematika”.kataku
dalam hati.
Dan jam pelajaran pertama usai. Aku kemudian
bergegas menuju kelas,eh,baru tiba didepan pintu kelas aja, teman-temanku pada
teriakin huh….huh…..lempar lempar kertas kewajahku sampai-sampai ada yang bakar
mobil segala, bercanda kok. Pelajaran kedua pun sangat membosankan, yaitu fisika.“Ngantuk
gue, bolos aja ah”. Tiba-tiba muncul
inisiatif dari dalam diri gue. Tanpa
pikir panjang aku langsung loncat aja,loncatan sukses. Namun, Tuhan berkehendak
lain, setelah berjalan dua langkah saja,pak kepala sekolah(bernama pak Agus)
menemukanku sedang bolos jam pelajaran fisika. “Oooww, mampus lagi gue nih”.Pak
kepala sekolah pun menyuruhku menghadap ke ruanganya,disana pun aku di ceramai
oleh pak Agus.
“Baru hari kedua sekolah aja, kelakuan kamu
udah kayak gini, gimana nantinya?"
Aku pura-pura dengar aja dan sok tertunduk
malu. “Bodoh amat gue dengar ceramah
kayak gitu?botak lama-lama nanti”. Hahaha!:D.
Pak Agus pun memberikanku hukuman mengerjakan
sepuluh nomor soal fisika, yang harus
di kumpul besok pagi.Tapi pak Agus juga memberikan satu soal special yang bisa
dikumpul kapan aja, tapi….soal special ini, rahasia lho? Kasih tau nggak yah? Aku segera meninggalkan ruangan pak Agus dan
menyerahkan tugas itu kepada temanku(namanya Doremi). ”Pak Agus juga nggak
bakalan tahu kalau itu bukan pekerjaan aku”. Soal itu hanya kusimpan di dalam tas, bisa jadi
juga pak Agus lupa.
Dalam perjalanan pulang sekolah,
praak….sebuah mobil yang sedang melaju sangat kencang menabrak mobilku dari
belakang. Pelaku tabrakan itu segera membawaku ke Rumah sakit.Tapi beruntung
lukanya nggak parah, saat aku sudah
sadar, aku terkejut dengan adanya seorang perempuan yang berdiri disampingku
dan umurnya sama kayak gue.
“Lho, dari tadi nungguin
aku di sini?”
“Iya, perkenalkan nama saya Melati” sambil
berjabat tangan
“Oh, iya namaku Jasmine”
“Kamu tadi itu kecelakaan, untung aja yang
nabrak kamu bertanggung jawabdan bawa kamu ke sini”
“Tapi, kok,kamu juga ada
di sini?”
“Ya, iyalah, sesama manusia kan harus
saling tolong menolong, lagian kita kan satu sekolah,tapi aku ke sini periksa
kesehatan dua minggu sekali,dan kebetulan aku lihat seragam sekolah SMA kita,
jadi aku ke sini deh”
“Peduli amat yah kamu
sama aku, orang tuaku aja nggak pernah beri aku perhatian dan kasih sayang”. Bahkan
saat kondisi aku saat ini pun ayahku nggak ada. Ayahku hanya sibuk dengan
pekerjaannya.Tapi, aku juga bersyukur dari peistiwa ini karena ku mendapatkan
teman baru yang peduli denganku. Sebagai ucapan terima kasih, aku mengajak
Melati untuk makan malam di salah satu restoran ternama di Bandung.
Sehabis peristiwa tersebut kami makin akrab
satu sama lain. Aku menjadi tertarik ingin mengenal sahabat baruku ini lebih
jauh. Hingga pada suatu hari aku mengunjungi rumahnya dan aku sangat iri dengan
keluarga ini. Dengan kehidupannya yang sangat jauh dari kemewahan, tapi mereka
tetap terlihat sangat kompak dalam berbagai hal. Bayangkan saja dengan
keluargaku yang kaya, tapi makan bersama aja bisa di hitung, itu pun karena
hari raya dan hari hari besar lainya, Keluarga ini pun sangat agamis.
Aku sangat merasakan kehangatan dari
keluarga ini dan membuatku makin nyaman.”Kapan yah, aku punya keluarga yang
kayak gini?”Kataku dalam hati.Setiap hari kami selalu bertemu sekedar ngobrol-ngobrol
atau bercanda dll. Aku juga tidak jarang
untuk nginap di rumah Melati, maklumlahdi rumahku kan sepi, nggak ada orang.
Ketika suatu malam aku nginap di rumah Melati aku tidak sengaja menemukan buku diarynya.
“Hari ini aku sangat bahagia karena sudah membantu
orang lain, yaap...pulang sekolah tadi, aku bertemu dengan seorang nenek yang
sangat tua sedang kelaparan dan aku pun membelikannya sebungkus nasi dari sisa
uang jajanku di sekolah”.
Aku sangat iba melihat kepedulian melati
kepada nenek itu. Aku aja, di kasih kartu kredit sama ayah, uangnya aku pake
hura hura aja,belanja ini, belanja itu,aku nggak pernah kepikiran nabung, bantu
orang-orang di sekitarku yang kekurangan. Aku hanya berpikir Ah, orang tuaku
kaya, tinggal minta ini di kasih,aku hanya buang-buang uang ayahku untuk pergi
ke mall, restoran mahal,liburan ke luar kota bareng teman teman.
Setiap hari aku selalu membaca buku diarynya melati.
“Hari ini aku sangat sedih karena tadi di
sekolah guruku menagih uang SPP bulan ini dan pasti orang tuaku tidak mempunyai
uang untuk membayarnya secepat mungkin Karena orang tuaku juga harus membiayai
adik-adikku yang masih SMP”
Aku langsung ingat dengan sekolahku selama
ini, aku hanya datang, itu pun terlambat, kadang juga bolos, sehingga tidak
heran nilaiku sangat rendah. Aku nggak pernah menyelesaikan tugas tepat waktu.
Dan orang tuaku sudah bersusah payah menyekolahkanku. Dan aku hanya menyia-nyiakan
kesempatan tersebut. Tiba tiba aku langsung mengingat masih banyak orang diluar
sana yang ingin sekolah, tapi nggak ada biaya. Hatiku mulai terusik setelah
membaca buku diary melati. Aku merasa
sangat menyesal selama ini. Perlahan aku mulai berubah, aku mulai bangun lebih
awal, menunaikan sholat lima waktu, mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, Tidak bolos lagi, Belajar hemat dan menabung.
Aku mendapatkan pelajaran hidup yang sangat
berharga dari Melati dari lika-liku hidupnya yang sangat penuh dengan
permasalahan-permasalahan yang membuatnya makin dewasa, dan berbagi kepada orang
yang dicintainya.
Tapi, pada suatu ruang dan waktu dimana
beberapa hari terakhir ini Melati tidak masuk sekolah, tanpa kabar, di rumahnya
juga nggak ada, dalam benakku berujar “Di mana dia sekarang?” Aku mulai gelisah
dan belakangan aku mengetahui bahwa sekarang dia berada di rumah sakit, Melati
sedang berjuang melawan penyakitnya yaitu leukemia yang dideritanya mulai 15
bulan terakhir ini. Melati menyembunyikan penyakitnya ini karena dia tidak
ingin melihat orang orang disekitarnya menjadi sedih, memikirkan kondisinya dan
juga mengingat kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Namun Melati juga
tidak ingin meminta bantuan Jasmine meskipun mereka sahabat.
Dan setelah satu minggu dirawat di rumah
sakit, Melati pun tak kuasa lagi melawan penyakitnya, tepat pada adzan dhuhur
dia menghembuskan nafas terakhirnya. Akupun tak kuasa melihat sahabatku sedang
terbaring terbujur kaku dan aku tidak bisa berbuat apa-apa selain berdo’a
kepada sang Maha Kuasa semoga diterimah disisimu dan mendapatkan tempat yang
paling mulia.
Sekali lagi, selamat jalan sahabat… Kau
adalah sahabatku yang paling sempurna, kuucapkan terimah kasih kepadamu karena
kau telah hadir dalam hidupku dan menyadarkanku banyak hal yang tidak kuketahui
sebelumnya
Kepergianmu seakan menjadi kado ulang
tahunku yang paling pahit, mengingat
tiga hari lagi aku merayakan ulang tahunku yang ke tujuh belas. Tapi, tampaknya
di hari spesialku nanti aku merayakannya seorang diri, mengingat ayahku yang
berada diluar kota, tapi Tuhan masih sayang sama aku, ketika aku hendak meniup
lilin, tiba-tiba seseorang datang memberikanku ucapan selamat ulang tahun yang
tidak lain adalah ayahku sendiri.
Ternyata, selama ini aku salah sangka, sesibuk-sibuknya
ayahku dia masih ingat ulang tahunku.Terima kasih ayah, kau sudah melengkapi
kebahagiaanku ini. Dan seketika itu aku mengingat pertanyaan yang diberikan pak
Agus kepadaku beberapa bulan yang lalu, ternyata pertanyaannya adalah “Apa yang
membuatmu paling bahagia di dunia ini?” Dan sekarang aku telah menemukan
jawabannya, bahagia itu sederhana kok, Cuma kumpul dengan orang orang yang kita
senangi dan melihat dia tersenyum. Keluarga memang menjadi satu-satunya tempat
yang paling nyaman untuk bersandar, dalam keadaan apapun, bahkan jika seisi
dunia pun sedang berusaha meninggalkanmu, keluarga akan selalu ada untukmu.
Senyum terpancar dari wajahku dan ucapan
ALHAMDULILLAH karena Allah masih mengizinkanku bersama orang-orang yang aku
sayangi.
***************